Senin, 02 Maret 2015

Pengendalian Hama Tikus Di lahan sawah


Pengendalian Hama Tikus
Di lahan sawah

Ir. SUHARYONO KRISTANTO
BPP MOJO / 2015


  

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN
KABUPATEN  KEDIRI
TAHUN
2015


Latar Belakang :
Dalam usaha meningkatkan produksi pangan, terutama padi, hama tikus merupakan hama utama pembatas produksi, karena tikus merupakan salah satu hama penting yang menimbulkan permasalah pada pertanaman padi. Berbagai upaya telah dilaksanakan, namun hasilnya belum memuaskan. Banyak kendala-kendala dilapangan yang harus disempurnakan dalam hal segi tehnis, organisasi dan manajemen pengendalian, sehingga dari musim ke musim tidaklah semakin surut, melainkan cenderung meningkat, oleh karena itu peningkatan kewaspadaan terhadap kemungkinan melonjaknya serangan hama tikus perlu mandapatkan prhatian dari semua pihak, lebih-lebih  petani selaku pengelola tanaman.

Belajar dari pengalaman penanggulangan hama ikus yang selama ini dilakukan, adalah tidak dapat hanya mengandalkan pada satu atau dua cara pengendalian, melainkan berbagai komponen penanggulangan perlu dirangkum dan dikoordinasikan dalam satu kesatuan yang utuh dilapangan. Sebagai salah satu contoh, hanya dengan mengandalkan penggunaan pstisida saja dalam penanggulangan tikus, ternyata serangannya tidak semakin surut, bahkan semakin luas.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu disusun suatu strategi pengendalian yang baik dan bersifat menyeluruh yang dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi ekonomis, ekologis maupun dari segi social petani itu sendiri.

Adapun strategi pengendalian yang perlu dikembangkan dan dilaksanakan adalah pengendalian OPT secara terpadu, yaitu suatu cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian OPT yang berlandaskan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, dengan harapan keluaran yang diperoleh produktifitas pertanian mantap tinggi, penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat, populasi tikus dan kerusakan tanaman menurun serta resiko pemcemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida rendah.


Keberadaan Tikus di Sawah
Pada waktu tertentu tikus dalam keadaan menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi pada waktu tertentu tidak ada, dengan pengertian dimana tikus berada dan berapa banyaknya.
Ø  Habis panen dalam keadaan bero, yaitu tidak ada makanan, tikus berada di perkampungan
Ø  Masa padi tumbu, mulai menunjukkan banyak makanan, maka mulailah tikus dari perkampungan pidah ke sawah
Ø  Pada masa pertumbuhan padi, keadaan banyak makanan di sawah, maka menetaplah tikus di sawah dan berkembang biak.


Perkembangan Populasi Tikus
Perkembangan populasi tikus dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
v  Karena semakin berkurangnya musuh alami tikus, baik di lahan sawah maupun diperampungna (missal: ular sawah, musang, kucing, anjing dan burung hantu).
v  Pengaturan / penerapan pola tanam dan setrategi budidaya tanaman yang belum berjalan sesuai rekomendasi, shingga selslu tersedia makanan bagi tikus
v  Kondisi lingkungan yang memungkinkan bagi perkembangan tikus, seperti tempat-tempat yang rimbung, galengan-galengan (pematang) yang besar dan lahan-lahan pertanian yang sudah lama tidak dikerjakan (lahan tidur) serta pada pekarangan-pekarangan penduduk yang kebersihannya kurang diperhatikan.
v  Sifat tikus yang memang mudah berkembang biak, sehingga populasinya cepat menjadi banyak (sepasang tikus dalam kurung waktu satu tahun dapat menghasilkan keturunan sebanyak kurang lebih 2.048 ekor).

  
Biologi Tikus
1.      Kemampuan indra penciuman, pendengaran, perasa dan peraba sangat tajam, walaupun penglihatannya kurang baik, tetapi tikus peka terhadap cahaya.
2.      Kemampuan fisik : pandai memanjat, meloncat, berenang, mengerat dan menggali lubang.
3.      Perilaku makan : tikus sebagai hewan omnivore (pemakan segala), dalam proses mengenali makanan yang ditemukan atau yang disediakan manusia, tikus tidak langsung memakannya, tetapi mengenali dulu, dicicipi untuk diketahui reaksinya (bila aman) baru dimakan.
4.      Kemampuang makan : tikus makan perhari kurang lebih antara 10-15% dari berat tubuhnya (45 gram), sedangkan kebutuahan minum perhari 15-30 mili liter air.
5.      Kemampuan reproduksi
Ø  Tikus matang seksual 2-3 bulan
Ø  Masa bunting singkat, 21-23 hari,
Ø  Birahi kembali setelah 14-48 jam setelah melahirkan
Ø  Sekali melahirkan 3-12 ekor dengan rata-rat 6 ekor
Ø  Melahirkan sepanjang tahun  tanpa mengenal musim
Ø   

Permasalahan kegagalan pengendalian
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam pengendalian hama tikus antara lain :
1.      Banyak petani yang sudah jera dan trauma dengan kegagalan dalam upaya pengendalian yang pernah dialami.
2.      Petani masih menyerah pada nasib yang pernah ialami, sehingga tidak semangat dalam usaha pengendalian tikus.
3.      Petani cepat merasa puas setelah gropyokan dan melihat banyaknya tikus mati, sehingga lupa untuk melakukan tindakan selanjutnya atau memantau lagi, akhirnya permasalah tikus terjadi lagi.
4.      Pengetahuan petani tentang perilaku, habitat dan tehnik pengendalian tikus masih terbatas, sehingga pengendalian yang tepat kurang.
5.      Sulitnya untuk mendapatkan tenaga kerja dalam jumlah banyak di pedesaan, shingga agak menghambat usaha pengendalian yang membutuhkan tenaga kerja.


Upaya pengendalian secara terpadu.
Usaha pengendalian berbagai macam cara yang tepat, murah, dan aman bagi petani dan lingkungan sehingga perkembangan tikus tidak merugikan secara ekonomis dengan dasar sebagai berikut:
1.      Peran serta masyarakat, merupakan upaya semua unsur masyarakat yang saling bekerjasama dengan melibatkan tokoh masyarakat, petugas, tehnis, aparat pengatur dan petani itu sendiri.
2.      Kerjasama, kegiatan pengendalian hama terpadu terhadap tikus merupakan kerjasama di dalam kelompok yang terkoordinir, dilanjutkan kerjasama antar kelompok, antar desa, antar kecamatan dan seterusnya.
3.      Perencanaan, pengendalian hama terpadu pada tikus harus didahului dengan suatu perencanaan  yang tepat dan terjadwal.
4.      Perencanaan, pengendalian hama terpadu pada tikus harus didahului dengan suatu perencanaan yang tepat dan terjadwal.
5.      Organisasi, pengendalian hama terpadu pada tikus harus diorganisir dengan baik, yaitu baik di tingkat Desa dengan melibatkan seluruh komponen yang ada di Desamaupun ditingkat yang lebih luas.

6.      Pengendalian yang tepat, tindakan pengendalian hama terpadu pada tikus harus dilaksanakan secara dini atau awal (sebelum tanam), secara massal atau berkelompok dan secara rutin atau berkesinambungan serta tepat waktu dengan menggunakan berbagai cara yang tepat dan penggunaan pestisida adlam merupakan alternative terakhir dan bijaksana. 

1 komentar:

  1. titanium necklace - TITONIAN ARTIST
    TITONIAN ARTIST - TITONIAN ARTIST at TITONIAN ARTIST in Berlin. View the designs, design mens titanium wedding rings and inspiration how strong is titanium for this glass piece. Rating: 5 · titanium plate ‎1 titanium piercings review titanium bmx frame

    BalasHapus