Jumat, 13 Maret 2015

BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI

BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI
Ir. SUHARYONO KRISTANTO
BPP MOJO



I.          PENDAHULUAN
Untuk meningkatkan laju produksi kedelai beberapa aspek perlu mendapatkan perhatian, misalnya luas tanam dan panen, kualitas sumber daya lahan, mutu benih dan varietas, tingkat pengelolaan lahan pertanaman, panen dan pasca panen serta rekayasa teknologi budidya kedelai baik teknis, ekonomis dan sosial kelembagaan. Aspek-aspek tersebut harus dikemas dalam bentuk program yang terpadu dan berkesinambungan serta didukung oleh kebijakan pemerintah yang kondusif agar tercapai hasil yang optimal.

Ditinjau dari segi agronomis usaha tani kedelai sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah terutama pada tanah sawah yang bertekstur liat atau lempung dan struktur tanah berat yang terdapat di sebagian besar lahan sawah di Jawa Timur.
Dalam rangka swasembada kedelai nasional, perluasan areal tanam kedelai di wilayah yang sesuai di Jawa Timur masih perlu dikembangkan dan ditingkatkan produktivitasnya. Berdasar peta wilayah kedelai Jawa Timur yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1991) terdapat 25 kabupaten di jawa Timur yang merupakan lahan berpotensi sangat sesuai untuk pengembangan komoditas kedelai.

II.         AGROEKOLOGI DAN POLA TANAM KEDELAI

Pertanaman kedelai di Jawa Timur terbagi dalam dua tipe agroekologi yaitu kedelai lahan legal di musim hujan dan kedelai lahan sawah di musim kemarau. Masing-masing tipe agroekologi tersebut mempunyai pola tanam yang berbeda, yaitu :

1.    Pada lahan sawah
a.    Irigasi teknis                :  padi - padi - kedelai
b.    Irigasi teknis terbatas  :  padi - kedelai - kedelai
                                            padi - jagung - kedelai
                                            padi - kedelai - kacang hijau
c.    Tadah hujan               :   padi - kacang hijau - kedelai
                                            padi - kedelai - jagung

2.    Pada lahan legal       :  kedelai - kedelai - bero
                                         kedelai - jagung/ kacang hijau - bero
                                         jagung/ padi gogo - kedelai – bero

III.        PEMUPUKAN  UNTUK TANAMAN KEDELAI

PUPUK NITROGEN (N)
Pada dasarnya kebutuhan unsur hara tanaman kedelai dan jenis leguminosa lainnya adalah sama dengan tanaman non leguminosa. Hanya dengan adanya bintil akar maka terdapat, perbedaan dalam besarnya jumlah unsur tertentu utamanya nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman. Senyawa nitrogen anorganik dalam jumlah kecil diperlukan untuk mengatasi nitrogen pada awal pertumbuhan sebelum tanaman dapat mengandalkan kebutuhan nitrogen dari fiksasi N2 oleh bintil akar (Yutono,1985). Karenanya setelah tanaman kedelai mampu bersimbiose dengan bakteri Rhizobium untuk mengikat nitrogen dari udara dengan baik, sering menunjukkan tanaman tersebut kurang respon terhadap pemupukan tinggi. Kemampuan tanaman kedelai menggunakan N yang berasal dari tanah, pupuk dan udara (melalui simbiosis bakteri Rhizobium japonicum dalam bintil akar) menyebabkan kompleksnya masalah hara nitrogen pada tanaman ini (Pasaribu dan Suprapto, 1985)

Pada umumnya N dalam bentuk senyawa nitrat paling disukai tanaman, tetapi senyawa ini mudah tercuci atau mengalami denitrifikasi oleh mikroorganisme tanah membentuk gas nitrogen sehingga hal ini menimbulkan pemborosan dalam penggurman pupuk N (Chiu et al, 1993). Meskipun hasil-hasil penelitian mengenai tanggapan tanaman kedelai terhadap pemupukan N tidak konsisten, tetapi penyerapan N di daerah tropik jauh lebih tinggi di banding, daerah iklim sedang. Untuk mendapatkan hasil kedelai di daerah tropik perlu penambahan senyawa N (Kang et al (1997) dalam Pasaribu dan Suprapto, (1985)

Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Unibraw memberikan angka kisaran normal kadar unsur hara Nitrogen pada jaringan daun kedelai yang diambil pada saat berbunga adalah antara 4,26% - 5,50% (Soilcomp,1993). Dalam satu kg biji kedelai terkandung 60 - 70 g N, sehingga jumlah N yang digunakan pertanaman kedelai untuk setiap hektarnya lebih besar daripada tanaman lainya (Pasaribu dan Suprapto, 1985).

Gejala tanaman kedelai yang kekurangan Nitrogen akan memperlihatkan tanaman tumbuh kerdil, daun berwarna hijau kekuningan, dan helaian daun kecil. Nitrogen yang berlebihan mengakibatkan tanaman tumbuh terlalu subur, namun sedikit menghasilkan polong dan tanaman mudah rebah. Bila bintil akar banyak terbentuk, tanaman kedelai jarang memperlihatkan gejala kekurangan Nitrogen.

Pupuk Phospor (P)
Diantara tiga unsur hara penting (N, P,dan K), pemberian unsur P sering menunjukkan pengaruh yang nyata pada tanaman kedelai. Hara P pada kedelai dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, jumlah cabang dan terutama untuk peningkatan jumlah polong (De Mooy et al (1966) dalam Pasaribu dan Suprapto, (1985). Phospor dalam tanah bersifat tidak mobil, sehingga hara P ini dapat diperoleh tanaman kedelai dari dalam tanah dan dari penambahan pupuk. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Unibraw memberikan angka kisaran normal kadar unsur hara P pada jaringan daun kedelai yang diambil pada saat berbunga adalah antara 0,26% - 0,50% (Soilcomp,1993). Tanah-tanah yang jauh dari gunung berapi umumnya kandungan phospornya rendah.

Tanaman kedelai yang kekurangan phospor akan memperlihatkan gejala tanaman yang tumbuhsangat kerdii, daun kecil kecil dan berwarna hijau kebiruan, bunga tidak dapat mekar dan tanaman tidak menghasilkan biji. Gejala kekurangan phospor sering terjadi pada tanah Podzolik atau tanah asam, pH>5,5. Phospor mudah tersedia pada tanah dengan pH antara 5,5 - 7.

Kalium (K)
Tanaman kedelai memerlukan kalium yang lebih banyak daripada jagung. Laboratorium tanah Fakultas Pertanian Unibraw memberikan angka kisaran normal kadar unsur hara K pada jaringan daun kedelai yang diambil pada saat berbunga adalah antara 1,71%-2,501%,(Soilcomi,1993). Urnumnya tanah di Indonesia cukup kalium, hanya pada tanah yang berpasir kandungan kaliumnya mungkin rendah. Kalium mudah tersedia dalam tanah dengan pH tanah < 5,5.

Gejala kekurangan kalium pada tanaman kedelai akan terlihat pada daun yang akan berwarna belang kuning pada bagian ujung dan tetap hijau pada bagian pangkalnya. Gejala dimulai dari daun yang agak tua. Pinggir dan ujung daun yang berwarna kuning tersebut akan mengering atau mati. Gejala kekurangan K sering rnuncul pada tanaman kedelai yang ditanam pada tanah-tanah kapuran, seperti Vertisol.

IV.       PENGAPURAN

Tidak semua tanah dengan pH rendah memerlukan pengapuran. Pengapuran sangat diperlukan pada tanah dengan pH kurang dari 5,5 dan yang kandungan unsur Al nya tinggi. Pengapuran tanah yang bersifat masam dapat menaikkan pH tanah, sehingga kemasaman tanah dapat dinetralkan. Kegunaan pengapuran antara lain adalah:

·        Dapat menetralkan keracunan Al dan Mn
·        Penumbuhan bakteri Rhizobium lebih subur sehingga penambatan N udara lebih efektif
·    Dapat mempercepat proses pengomposan tanah karena jasad renik tanah berperan lebih aktif
·        Unsur mikro yang bermanfaat bagi tanaman kedelai lebih mudah tersedia
·        Hara phospor yang terdapat dalam tanah lebih mudah tersedia bagi tanaman kedelai
·        Adanya penambahan unsur Ca dan Mg yang berguna bagi kedelai

Bahan untuk pengapuran antara lain berupa kapur pertanian, kapur dolomit dan kapur tohor.  


V.      INOKULASI RHIZOBIUM

Tanaman kedelai bersimbose dengan bakteri Rhizobium yang membentuk koloni sebagai bintil akar. Rhizobium mengikal nitrogen dari udara, kemudian dilepaskan lagi untuk pertumbuhan tanaman kedelai. Rhizobium juga memerlukan makanan yang diambil dari basil fotosintesa tanaman kedelai. Bakteri Rhizobium mulai aktif menambat nitrogen setelah tanaman berumur sekitar 3 minggu.

Bakteri Rhizobium banyak terdapat dalam tanah yang telah sering ditanami kedelai. Tetapi tidak dalam tanah yang belum ditanami kedelai. Karena Rhizobium penting dalam penyediaan nitrogen, maka perlu dilakukan penularan (inokulasi) bakteri tersebut dalam tanah yang belum pemah ditanami kedelai. 

 Cara sederhana untuk melakukan inokulasi Rhizobium adalah mengambil tanah dari lahan yang sering ditanami kedelai. Cara inokulasinya sebagai berikut :
·     Tanah dihaluskan kemudian dibasahi sedikit air dan dicampurkan pada benih kedelai hingga merata.
·     Dosis inokulan campuran tanah ini adalah 100 - 250 gr/kg benih.
·     Inokulan jangan sampai terkena matahari langsung agar bakteri Rhizobium tidak mati.
·     Benih yang telah diinokulasi harus segara ditanam.
·  Efektifitas inokulan diperiksa saat tanaman telah berumur 20 hari, dengan cara mencabut tanaman dan mangamati bintil akar yang telah timbul.
·     Bintil akar yang banyak menunjukkan bahwa inokulan efektif.
·     Rhizobium yang aktif akar tampak berwarna merah muda bila bintil akar dibelah

Saat ini telah banyak tersedia inokulan buatan pabrik baik dalam bentuk padat/ bubuk maupun dalam bentuk cair dengan cara aplikasi melalui perlakuan henih dicarnpui dengan pestisida pengendali lalat bibit (seed treatment) dan ada pula yang disiramkan diantara barisan tanaman kedelai.





0 komentar:

Posting Komentar